Suhakam Indonesia akan bawa isu penindasan TKI di Malaysia ke PBB
Suruhanjaya Hak Asasi Manusia (Suhakam) akan membawa isu buruh migran yang diberi layan buruk ketika ditempatkan di Pusat Tahanan Sementara (PTS) di Sabah, Malaysia, ke Pertubuhan Bangsa-Bangsa Bersatu (PBB)
“Ini adalah masalah yang serius. Oleh kerananya kami akan mencuba juga mengangkat kes ini menjadi masalah internasional,” kata Pesuruhjaya Suhakam Indonesia, Choirul Anam dalam sidang media di Jakarta semalam.
Koalisi Buruh Migran Berdaulat sebelumnya mengungkap temuan pelanggaran hak asasi yang dialami buruh migran Indonesia ketika ditahan di Pusat Tahanan Sementara (PTS) di Sabah, Malaysia, sebelum dihantar pulang kerana tidak mempunyai dokumen yang sah.
Menurut Choirul, secara konsep, kes itu dimungkinkan untuk dibawa ke peringkat internasional. Pihaknya akan mencuba berdialog dengan PBB untuk Hak Asasi Migran untuk mencari jalan keluar dari kes itu.
“Saya kira perkara temuan itu tidak sekadar menyelesaikan kes yang ada sekarang. Tapi memastikan bahwa kes ini tidak boleh terjadi lagi harus ada jalan keluar kekal,” kata dia.
Selain itu, ia juga meminta kepada Badan Perlindungan Pekerja Migran Indonesia (BP2MI) dan lembaga terkait lainnya untuk memberikan perhatian serius terhadap permasalahan itu.
“Tidak hanya BP2MI dan berbagai lembaga yang kita sasar, tapi juga para Gabenor, atau kepala daerahnya, kerana secara sejarah, mereka (buruh migran) adalah warganya,” kata beliau lapor CNN Indonesia.
Dalam laporan Koalisi Buruh Migran Berdaulat, penemuan itu adalah hasil wawancara dengan 33 migran di pelabuhan Parepare, Sulawesi Selatan.
“Kami mendapatkan temuan terjadinya pelanggaran HAM yang berlangsung secara sistematik dan massa. Mereka (buruh migran) mengalami penangkapan, penahanan, menjalani hukuman di penjara, penyeksaan di PTS, kemudian dihantar pulang,” katanya.
Bentuknya, akses terbatas terhadap fasilitis kesihatan, air minum, dan makanan yang sesuai. Selain itu, para imigran dilarang berkomunikasi dengan keluarga, bahkan keluarga tidak diizinkan untuk melihat jenazah jika ada yang meninggal.
Tak ketinggalan, ada pungutan duit oleh petugas PTS terhadap wang kiriman kepada keluarga dan juga makanan.
Kes pelanggaran HAM di lokasi tahanan imigrasi juga sempat diungkap oleh Al Jazeera melalui dokumentari “Locked Up in Malaysia’s Lockdown”.
Dalam program investigasinya, “101 East”, disiarkan pada 3 Julai, Al Jazeera memperlihatkan penahanan terhadap orang asing tak berdokumen imigrasi ketika lockdown.
Pihak kerajaan Malaysia mendakwa penangkapan terhadap para imigran ilegal, pada Mei, diperlukan untuk melindungi kesihatan masyarakat. Namun, kelompok HAM khuatir penempatan mereka di pusat-pusat tahanan dapat meningkatkan risiko jangkita Covid-19.
Polis Malaysia kemudian menyoal siasat wartawan Al Jazeera kerana dianggap menghasut, mencemarkan nama baik, dan menerbitkan bahan tidak sesuai. – SM